Selasa, 08 Februari 2011
Budidaya Cacing, Manfaatkan Limbah Rumah Tangga
Selasa, 08 Februari 2011
Limbah rumah tangga hingga saat ini belum mendapat perhatian dari masyarakat. Air detergen buangan dari kegiatan mandi, cuci, kasus (MCK), serta produksi sampah rumah tangga masih dianggap wajar dan aman untuk tidak dikelola. Padahal sisa buangan rumah tangga tersebut dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Pengalaman Fathulloh (24), selama tinggal bersama 5 kawannya di rumah kontrakan, terkumpul satu bak besar sampah setiap hari. Selain menimbulkan bau, udara disekitar menjadi tidak nyaman. ”jika setiap hari satu rumah menghasilkan sampah sebanyak itu, maka benar jika pemkot Jogja mengatakan TPA Piyungan akan penuh pada 2012″ tambah Fathulloh. Limbah rumah tangga akan terus diproduksi, apabila tidak segera terkelola pencemaran lingkungan akan semakin parah pula.
Melihat kondisi diatas Baning (43), pegiat lingkungan hidup Jogja, dalam satu kesempatan pernah berbagi cara mengelola limbah rumah tangga lewat budidaya cacing tanah. Cacing tanah berwarna merah atau dalam bahasa latin di sebut Lumbricus Rubellus merupakan hewan pengurai yang sangat baik, cacing dapat mengurai sampah organik dan mengubah menjadi pupuk yang disebut “KASTING” yang sangat bermanfaat untuk tanah.
Selain menjadi pupuk, cacing ternyata kaya protein dan sangat baik untuk diolah menjadi pakan ternak. Mengelola limbah rumah tangga lewat budidaya cacing dapat dilakukan lewat langkah berikut:
1. Beli cacing bersama media dan kotak untuk memeliharanya.
2. Pilah sampah organik dan non organik.
3. Sediakan tempat sampah tambahan untuk sampah organik.
4. Pilah Sampah organik berupa sisa-sisa memasak dari dapur seperti, sisa nasi,
potongan sayur, buah, dll di kotak sampah khusus.
5. Biarkan sampah organik membusuk sebelum diberikan pada cacing.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait perawatan cacing, antara lain:
1. Pastikan kelembapan pada media hidup cacing, cacing tidak suka panas, jika memerlukan siram media dengan air.
2. Pastikan sampah organik yang akan diberikan cacing telah hancur atau dipotong kecil-kecil.
3. Pastikan keseimbangan populasi cacing dengan ketersediaan sampah organik setiap harinya. Satu kilo cacing dewasa sanggup menghabiskan bahan makan seberat bobot tubuh mereka setiap harinya, cacing akan terus bertelur dan berkembang biak.
Saat populasi cacing tidak seimbang dengan ketersediaan sampah organik, cacing dapat dipanen, untuk diolah menjadi pakan ternak. Ketika dipanen, media hidup cacing diganti dan media yang lama dipanen menjadi pupuk.
Setiap rumah tangga dapat membuat sirkulasinya sendiri. Lahan sekitar rumah bisa dimanfaatkan untuk membuat kolam ikan, air kolam diambilkan dari air buangan kamar mandi yang dialirkan melalui saluran yang telah dipasang saringan pembersih air (bebatuan, arang, jerami, serabut kelapa, dll), cacing yang dipelihara dapat dijadikan pakan ikan, ikan dipanen dan diolah menjadi lauk untuk konsumsi keluarga, begitulah sirkulasinya.
Budidaya cacing selain mendukung pengelolaan limbah rumah tangga juga memiliki potensi ekonomis apabila dikembangkan dalam skala besar. Hingga saat ini harga 1 kilogram cacing kualitas super mencapai Rp.50.000,-, dengan mengumpulkan sampah organik dari lingkungan sekitar, budidaya cacing oleh kelompok-kelompok di masyarakat dapat dijadikan gerakan alternatif untuk mengolah limbah rumah tangga. (LM)
Rujukan berupa gambar proses budidaya cacing dapat dilihat disini / sumber gambar di www.idepfoundation.org
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar