Senin, 03 November 2008

Melacak Pemimpin Karbitan

Senin, 03 November 2008

Rakyat memang berhak memilih pemimpin. Tetapi Pilkada atau Pilpres bukanlah ajang Idol. Dalam beberapa pilkada, artis berhasil menang. Rano Karno dan Dede Yusuf adalah contohnya. Pola ini pun diulang di berbagai tempat, Syaiful Jamil, Helmy Yahya dan beberapa artis yang lain pun akan kembali dihadirkan di panggung pilkada 2008, sayang mereka tumbang..!!.lantas apakah memang berdemokrasi seperti ini akan menghasilkan pemimpin yang tepat?
Realitas demokrasi kita saat ini adalah siapa pun dapat maju menjadi pemimpin asalkan mampu menjadi mesin suara pada pemilihan, artis sekalipun tanpa pengalaman politik, asalkan dapat dibentuk menjadi mesin suara bukan lah masalah dalam demokrasi kita, karena titik pijaknya ialah bagaimana kotak suara bisa dimenangkan dan kekuasaan dapat diraih.
Memang ini adalah sebuah fenomena baru dalam perpolitikan Indonesia setelah beralih dari sistem parlementer menjadi pemilihan langsung dan tren parlementer yang hanya diisi pemuka agama, ilmuwan, birokrat kampus dan militer mulai diramaikan pula oleh sekelompok kaum yang populis dan selebritis. Disaat citra para birokrat dan politikus semakin buruk dimata publik karena ramainya kasus korupsi yang terungkap saat ini.
Beda politikus beda artis, meskipun politikus pun kerap sekejap berubah menjadi selebritis namun dunia politik lebih berada pada wilayah mendapatkan kekuasaan dan menjaga amanah rakya, jadi gemerlap dunia selebritis rasanya kurang tepat untuk berada dalam satu ruang dengan keseriusan mengurus RAKYAT.
Bentuk Pemilihan langsung saat ini sangat tergantung dengan kondisi umum masyarakat sebagai pemilih. Sebagian masyarakat Indonesia masih terdiri dari masyarakat dengan tingkat ekonomi, sosial, intelektual dan pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Kondisi inilah yang membuat pola pertimbangan pemilih tidak lagi mengutamakan substansi visi dan misi. Kompentensi, kapabilitas dan kualitas calon bukan yang utama. Karisma dan popularitas masih menjadi pilihan utama masyarakat kita.
Perpolitikan kita tak kan lepas dari suplai kekuatan media untuk membentuk citra di setiap benak orang, selama 3 tahun memimpin SBY pun telah menerbitkan sekian Iklan Politik untuk menjaga popularitasnya, mulai dari sosialisasi program pemerintah hingga mengkomunikasikan masalah BBM, yaah sejauh ini memang para elit begitu tergantung dan berharap pada media guna menyampaikan kesemuan-kesemuan supaya tampak nyata.
Begitupun pemain-pemain baru di kancah pemilihan langsung baik dari kalangan artis, pengusaha bahkan mafia pun dapat memilih paket pencitraannya di media untuk ditampilkan pada publik. Jelas itu adalah hak mereka untuk mempersuasi calon pemilih namun dari hal tersebut pula kita dapat melihat berapa rendahnya media literacy kita, betapa lemahnya pengetahuan berpolitik masyarakat kita dan di tengah krisis global saat ini, kita akan menyongsong Pemilu 2009, semua harus melihat secara kritis, mana yang karbitan mana yang instan dan mana yang penjahat, hingga kita menemukan Sejati ning Satrio Paningit, Pemimpin sesungguhnya yang berani melawan dan mengusir penjajah Asing dari Indonesia dan Menangkap Penjajah-penjajah lokal yang korup.

So…. 2009 aku mencalonkan LUNA Maya …. Biar Mudah para elit di perintah turun ke bawah (he he he jadi inget Cleopatra menaklukkan Julius Cesar )

2 komentar:

Anonim mengatakan...

huahahahahahahaha..iya nih
napa sih caleg nagari kito jadi pada artis semuah??
lama-lama cincha lawrah jadi caleg juga..

*gubraaakkksss*

irham mengatakan...

wah...kalo aku dukung...dian satro....hehehehe...kan cantik...

 
Design by Pocket