Jumat, 24 Juli 2009

Temukan Pengetahuan Dalam Saujana

Jumat, 24 Juli 2009 0


Banyak hal dianugerahkan Sang Pencipta pada tubuh manusia. Mata salah satunya. Sejauh organ ini berfungsi secara baik, mata senantiasa setia menampilkan ragam bentuk benda dan pemandangan yang dilihat manusia. Pengalaman manusia dalam melihat banyak bentuk di sekitarnya itu berangkat dari satu kata yang disebut saujana.
Kata saujana dalam Kamus Bahasa Indonesia Edisi 3 Terbitan Balai Pustaka berarti: mata (memandang); sejauh mata memandang; sepemandang mata (sau.ja.nan), kebanyakan orang cenderung akrab dengan kata lanskap yang memiliki kesamaan makna, yakni bentang alam di mana batasan yang ada adalah batasan indera untuk merasakan dan sejauh mata memandang. Namun, dua kata tersebut memiliki rasa bahasa yang berbeda. Kata saujana terdengar lebih khas indonesia dan cukup membuat banyak orang terpancing untuk mengetahui kata tersebut lebih jauh.

Pelbagai hal yang dilihat manusia dewasa ini hanyalah selintas pandang. Pengalaman melihat sesuatu tidak disertai keinginan untuk mengenal pengetahuan tentang benda-benda yang dilihat. Contoh sederhana, manusia melihat bunga, namun ketika ditanya "apa nama bunga tersebut?" terkadang sekadar dijawab "tidak tahu". Apabila manusia berhenti pada kata "tidak tahu", maka tertutup pula pengetahuannya tentang bunga yang dilihatnya. Jadi, semakin kita tidak mempedulikan benda-benda yang kita lihat maka semakin banyak pula pengetahuan yang terlewatkan.

Pada suatu ketika di sebuah wisma Kaliurang. Seorang kawan bernama Yossy Suparyo mengajak kawan lain yang bernama Irmawati untuk bermain saujana. Pada permainan ini Irma diminta untuk mencari tahu sepuluh nama tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar wisma dengan dua kali kesempatan bertanya pada orang lain. Alhasil pekerjaan tersebut baru terselesaikan dalam jangka waktu 17 menit. Ternyata butuh perjuangan berat hanya untuk menyebutkan sepuluh nama tumbuhan di antara puluhan tumbuhan yang ada di sekitar wisma.

Cerita tentang permainan saujana tersebut dapat menjadi sebuah refleksi, betapa banyak sesuatu, benda, peristiwa dan pemandangan dalam saujana kita yang tidak kita kenal. Lantas jika demikian apakah tepat pertanyaan ini : miskinkah pengetahuan kita? Read More..

Sabtu, 18 Juli 2009

Zamzani, Bertahan Bersama Kaset Kuno

Sabtu, 18 Juli 2009 0

Saya masih ingat betul, bersama seorang kawan berburu kaset album terbaru Bond yang berjudul Born. Itu terjadi di akhir tahun 2000 atau sekitar 9 tahun yang lalu.Pengalaman saya tersebut menjadi akhir riwayat kaset tape. Perkembangan teknologi mulai menggeser kebiasaan banyak orang menggunakan kaset. Kaset sebagai media penyimpan data dalam bentuk audio (kebanyakan digunakan industri musik untuk menyimpan lagu) tergantikan oleh media dijital (mp3).

Di antara banyak orang yang telah meninggalkan kaset, Zamzani adalah satu dari sedikit orang yang masih saya jumpai berkutat bersama kaset. Setiap pagi di depan Pasar Beringharjo Malioboro dia menata ratusan koleksi kasetnya. Berbekal seperangkat sound system seadanya, dia berjualan hingga jam 10 malam. Dengan penghasilan rata-rata 20 ribu rupiah perhari Zamzani harus menghidupi satu orang istri dan tiga orang anak. Di usianya yang sudah melebihi setangah abad dia masih gigih untuk bekerja.

Zamazani menjual koleksi album dari dalam maupun luar negeri, mulai yang bergenre rock, gregorian hingga dangdut melayu. Koleksi tersebut didapatkan dari berburu dan orang-orang yang menjual kaset kepadanya.Berjualan kaset tape di zaman sekarang menurut Zamzani adalah berjualan barang yang sama sekali tidak populer di masyarakat. Pembeli kaset dilapaknya kebanyakan hanya para kolektor kaset atau para fans berat suatu group musik atau seorang penyanyi.

Lagu-lagu Koesplus, Leo Kristi dan Titik Sandora merupakan nomor album favorit di lapak Zamzani yang banyak buru para kolektor. Untuk 1 kaset dijual dari Rp.10.000,- hingga Rp.40.000 tergantung kaset bajakan atau asli, meski ada juga kaset bajakan yang dijual, tapi itu bukan sembarang kaset bajakan. Biasanya kaset bajakan yang dijual adalah kaset yang benar-benar langka(sudah tidak dijual lagi). pada prinsipnya semakin dicari sebuah judul kaset oleh para kolektor maka semakin mahal pula harga kaset itu di jual.

Bagi para pembeli hal yang harus diperhatikan adalah kejelian, bila tidak, pembeli bisa jadi tertipu. Karena ada juga kaset bajakan yang dijual, boks dan cover kaset sangat mirip dengan aslinya. Jika pembeli atau kolektor menemukan kaset original, maka dia harus siap-siap menebus dengan harga tinggi. Jika barang yang ditemukan tidak ada, maka pembeli dapat meninggalkan nomor hp untuk dihubungi jika barang atau koleksi yang dicari telah ditemukan Zamzani.

Di akhir dialog saya dengan Zamzani, dia menceritakan sebuah kejadian menarik saat kematian raja musik pop dunia Michael Jackson(MJ) menjadi berita besar. Kios Zamzani tiba-tiba ramai didatangi para penggemar MJ dari berbagai daerah. kaset lagu-lagu MJ yang dimiliki Zamzani pun terjual habis dan kematian MJ tampaknya menjadi rejeki bagi Zamzani.

*) Foto diambil dari http://lentera-hitamputih.blogspot.com Read More..

Rabu, 29 April 2009

“Plencung Two” : Upaya teater Ruang mengamankan sisa tanggul Budaya

Rabu, 29 April 2009 0


"Bapak ku sopo....ibuk ku sopo...." dan "kaline Banjir, dam e ambrol, banjir henpon, bajir kulkas, banjir tivi, banjir sepeda motor......", "Tooooongggggg, tooong..."

Dialog sosok gadis kecil tersebut mengawali dan menjadi puncak emosi pada Pagelaran Jagongan Wagen edisi April 2009 yang menampilkan pementasan naskah “Plencung Two” Teater Ruang, Senin 27 April 2009 di Padepokan Seni Yayasan Bagong Kussudiardja, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Teater RUANG sebagai Kelompok teater yang didirikan pada tanggal 30 Juni 1994 ini, memang sering menggarap pertunjukan dengan tubuh sebagai media utama dan materi minimal sebagai media pelengkap dalam setiap pementasan mereka. Selain itu juga menggarap lakon-lakon berbahasa Jawa yang merefleksikan situasi sosial, serta karakter yang khas dari teater ruang dalam mengangkat isu-isu globalisasi, modernisasi dan arus gempuran budaya asing di negeri ini.
“Plencung Two”, dihantarkan lewat tembang Sinom ”SULUK PLENCUNG” yang bercerita nama-nama setan yang menghuni pulau Jawa oleh seorang gadis kecil dengan permainan korek api sebagai medium pencahayaannya. luar biasa, permaiana korek api dipadu gerak ritmis, menjadi bagian awal yang mengejutkan pemonton. hingga Plencung dinyalakan, Plencung sebuah lampu tradisional. Terbuat dari bambu yang di atasnya diberi gumpalan tanah merah lalu dilecutkan atau dilencungkan, biasanya alat ini dipakai untuk mengusir burung di persawahan. kemudian permainan gerak menjadi perhatian luar biasa para penonton ketika adekan sosok tanpa kepala berjalan kedepan dan kebelakang plencung. tampak pada adegan tersebut sang aktor seakan benar-benar terpenggal kepalanya padahal dalam kondisi sebenarnya, sang aktor menengadahkan kepalanya benar-benar kebelakang hingga dilihat dari depan kepala sang aktor tak tampak, namun permainan cahaya plencung menjadi bagian kuat adegan per adegan. cahaya minim plencung dengan nuansa mistis mengejutkan penonton lewat sosok gadis kecil yang sekan terangkat dan terbang berputar-putar sebagai gerak simbolik jebolnya bendungan budaya kita.

hal menarik lainnya adalah pencarian bentuk gerak di luar kemampuan fisik manusia umum. misal adegan 2 aktor berjalan dengan kepala dan 2 buah tangan sebagai kaki, split dan salto-salto. ketika seorang penonton bertanya pada mas Bibit "kenapa mas...pola latihan teater Ruang terkesan militeristik dan tidak manusiwi, dimana belajar berjalan dengan tangan dilakukan sampai tangan aktor bengkak dan bl..bla..bla.." sedikit tersenyum mas Djoko Bibit, pimpinan Teater Ruang menjawab"ketika proses kita semacam itu dalam rangka pencarian dan pemaksimalan fungsi serta gerak tubuh maka akan berbeda ketika manusia hanya memfungsikan tubuh duduk sekian lama di depan televisi, tidur-tiduran sambil menelfon, bersepeda motor kemana-mana dan sekarang mana yang lebih manusiawim antara melatih dan memaksimalkan fungsi tubuh atau melakukan hal2 macam disebut tadi?".

"Plencung Two" menyampaikan kritik sosial dimana Benda2 yang sifatnya bukan kebutuhan utama masyarakan kini telah menjadi bagian dalam kehidupan yang harus dan mau tak mau dipenuhi meskipun kemampuan materi tak mendukung. hal sederhana ditangkap dari kehidupan di sekitar sanggar teater Ruang yang terletak di Pereng Tanggul Kalurahan Danukusuman - Surakarta. anak petani ngambek memaksa dibelikan HandPhone, para pemuda desa menuntut beli motor dan ragam contoh lainnya.

Sajian teater Ruang tampaknya benar2 berangkat dari proses latihan yang panjang kurang lebih yang disebutkan mas Bibit adalah waktu selama 7 bulan. dengan tantangan memilih waktu latihan malam sampai menjelang subuh. keterlibatan anak-anak desa sekitar bermula dari niat mereka menonton mas Bibit dan kawan2 latihan hingga oleh mas Bibit mereka diajak latihan, bergerak bebas dan baru oleh Mas Bibit diterjemahkan dalam sebuah naskah.

Wehhh.. keren kali eui..... Read More..

Bumerang Bahasa

Yup, lihat lah foto diatas. diambil seorang kawan saat melewati jalan di daerah Krapyak. dia dikagetkan oleh papan iklan di depan sebuah konter. hanya rangkaian deret kata dengan cat putih diatas papan berwarna hitam pekat, rasanya cukup kuat untuk sekedar mencuri fokus para pengguna jalan. pada papan itu tertulis"disini, Beli HP Harga SELANGIT BUKTIKAN !!!" waw sekilas orang yang tak cepat dan cerdas mencerna. pasti akan menangkap makna lain. yakni kios tersebut "akan membeli HP purna pakai dengan harga tinggi". segaris lurus dengan bentuk makna yang ingin dicapai si empunya papan reklame tersebut.mempromosikan dan menyampaikan tawaran yang luarbiasa pada siapapun yang mau menjual HP. namun ternyata menjadi bumerang ketika dengan seksama kita amati kalimat pada papan reklame tersebut.

Kata "Beli HP Harga SELANGIT "... hihihi siapa yang mau udah gitu disuruh "BUKTIKAN".beda kalau "Jual HP mu disini..!!Kami Hargai SELANGIT" wah2 inilah fenomena kekurangcermatan dalam menggunakan Bahasa. sehingga menjadi bumerang bagi si penyusun kata. he he he

Persoalan bumerang bahasa, sama halnya kutipan dari blog http://politikana.com berikut :

Kendaraan apa pun dilarang masuk dan melintasi busway kecuali busway. Kebetulan sebelum rambu-rambu itu, sekitar 30 meter di depan, sudah ada ada rambu "Khusus Busway".

Jadi, binatang apakah busway? Sebagian orang Jakarta menganggap busway adalah jenis bus. Kalau Transjakarta itu apa? Nama bus yang melintasi busway. Lantas orang bepergian naik apa? Ya naik busway.

Konsorsium penyedia bus pelintas lajur khusus bus sudah mencoba mem-branding Transjakarta sebagai "Te-Je" dan "Ti-Je". Tapi kurang berhasil. Sebagian Khalayak tetap menyebutnya bus itu sebagai "busway".

Dari mana sumber kekacauan bahasa? Ya dari birokrat yang mengurusi sistem transportasi. Bukan hal baru karena birokrat, dan juga pejabat tinggi, tak diajari cara berbahasa yang rada lumayan sedikit.

Jangan bingung jika Anda menjumpai pengumuman, "Bagi karyawan yang tidak mengenakan seragam dilarang anu anu anu." Padahal ketika kata "bagi" itu dienyahkan, kalimatnya menjadi lebih gampang dicerna. Padahal ijazah sarjana mereka tidak didapat dengan membeli.

Mau yang lebih konyol? Orangnya hadir tapi harus menyatakan diri melalui lembar ketidakakhadiran (absensi, bukan presensi) atau melalui mesin absensi. Dulu para legislator malah sok kreatif menciptakan kata "pornoaksi".

Nun di Inggris sana ada Plain English Campaign. Misinya adalah mengajari pengguna bahasa (Inggris) untuk berbahasa lebih jernih sehingga menghasilkan dokumen yang mudah dipahami rakyat. Adopternya antara lain kantor-kantor pemerintah dan... maskapai asuransi. Saya tak tahu apakah warnet di Inggris memasang tulisan "game online", bukan "online game(s)".

Di Indonesia? Jika Anda sering mengoreksi bahasa orang lain maka akan menerima koreksi, "Ngapain rewel? Yang penting paham."

Anehnya kaum gampangan ini akan tersinggung jika Anda menyebut tempe sebagai kerikil dengan alasan dalam tempe kadang ada kerikilnya. "Jangan ekstrem gitu dong, itu namanya ngeledek."

© Foto: Mas Paman Read More..

Rabu, 08 April 2009

Wajah SBY dan Aspal Jalan Solo

Rabu, 08 April 2009 0


Kampanye Partai Demokrat(PD)4 april 2009, telah lewat beberapa hari yang lalu. kempanye tersebut menyisakan catatan serius. pada kampanye tersebut disebarkan puluhan rim poster cetak oleh tim kampanye SBY di sepanjang jalanan Jogja. Tragis, sekian banyak kertas tersebut tak pelak hanya menjadi sampah di jalanan. jika model kampanye seperti ini diterapkan PD di 33 Provinsi, dengan 300 rim kertas poster per provinsi maka terhitung 9900 rim di cetak PD. padahal catatan WWF menyebutkan 10.000 lembar kertas setara 2 batang pohon, SBY pun tak langsung telah menebang 495 pohon. udah gitu potonya ga bermanfaat sama sekali dan dilindas ban-ban mobil jalanan. lusuh selusuh janji-janjinya. dasar Bodoh Read More..

Selasa, 17 Maret 2009

Poster2 Menggelitik Mas Jemek di Facebook

Selasa, 17 Maret 2009 0
cukup lama meninggalkan kegiatan utak-utik blog, aku rasanya mulai kena badai Facebook, yah meskipun telah mendaftar cukup lama di facebook, namun baru bulan februari kemarin, hampir tiap online selalu memilih utak-utik Facebook, mencari teman lama, kenalan, iseng nge-add cewek2 cantik hingga berkenalan ma orang-orang Top.

yahh mas Jemek Supardi salah satunya, selain mengenal sebagai seniman Pantomim yang fenomenal, mas jemek pun kerap sekali nampang di Facebook dengan poster-posternya yang menggelitik khususnya seputar isu2 pemilu dewasa ini.

yup ni liat beberapa poster dia....



ni juga...




dan beberapa poster yang lain .....

he he he ..... Read More..

Menjadi Pemilih Pemula yang Kritis



Jogja, Sabtu 14 Maret 2009 LP3ES bekerjasama dengan Infest (Institute of education development, social, religious adn cultural studies) mengadakan pendidikan sehari untuk Pemilih pemula, diikuti 37 peserta dari SMU/MA dan Mahasiswa tingkat awal dari perwakilan beberapa sekolah dan Kampus di Jogja. pendidikan yang diadakan di Hotel Saphir ini ditujukan untuk memberikan pendidikan seputar mekanisme pada Pemilu 2009.

Pemilih pemula ialah warga negara Indonesia yang berusia 17-24 tahun, para generasi muda tersebut sangat rawan untuk diekploitasi oleh partai politik, sebagai pemilih pemula yang sangat ditekankan adalah membangun kesadaran kritis, dimana pemilih pemula selain mampu mengamati pemilu 2009 adalah melakukan proses pengawasan. Pendidikan khusus untuk Pemilih Pemula diberikan karena melihat jumlah pemilih pemula dalam pemilu 2009 ini mencapai 30% dari 170juta jumlah penduduk Indonesia. jumlah yang besar ini bagaimanapun tak boleh dikesampingkan.


Pada pelatihan sehari itu peserta membentuk kelompok dan mendiskusikan ragam pengetahuan mereka seputar politik, kemudian fasilitator memandu diskusi dan mengarahkan pada pengetahuan seputar perkembangan mekanisme Pemilu 2009 dan bagaimana proses kontrol serta pengawasan yang dapat dilakukan para peserta.

Sesi pelatihan ditutup dengan sebuah simulasi pemilihan (Pemilu)dari penerapan perangkat yang dibutuhkan di TPS hingga runtutan detail kegiatan di TPS.

Pelatihan kali ini terlepas dari peran Pemilih Pemula untuk menggunakan suara mereka atau tidak, namun lebih pada upaya para pemilih pemula untuk bersikap kritis dalam melakukan pengawasan pada Pemilu bulan April 2009 mendatang. Read More..

Senin, 16 Maret 2009

AWAS : Banyak Teater Bermain Kelamin

Senin, 16 Maret 2009 0
ini hanyalah beberapa catatan setelah menonton beberapa pementasan Teater selama dua bulan terakhir (Februari,Maret), kurang lebih saya menonton 5 buah pementasan, beberapa diantaranya adalah Studi pentas.
Oke... pementasan pertama ialah Studi pentas Teater Manggar Amikom,"Sendang Kali Angke" 20 Februari 2009 lalu, pada pementasan ini alur cerita dan pesan dibawakan oleh tokoh-tokoh yang sama sekali datar, sangat lemah pada penggarapan keaktoran serta penggarapan pementasan secara utuh (Studi pentas bukan alasan), selain itu tampak sekali sebuah pencapaian proses yang sangat instan dan pertimbangan yang lemah, terbukti Sutradara pada pementasan tersebut adalah anggota baru yang juga sekaligus merangkap sebagai pemain(yang notabennya baru kenal jagad teater),nahhh hal yang mendasar adalah begitu banyaknya adegan yang tampak putus dengan alur yang dibawakan, lantas lebih memilih menghadirkan beberapa adegan vulgar dan jauh dari nilai estetik.

Beberapa hari kemudian dalam sebuah Pembukaan Pendopo LKiS yang bertajuk "Pendopo buka Pintu" yang juga lagi-lagi mementaskan pertunjukan murahan (tak berkonsep), kali ini yang maen anak2 Teater Vena yang beberapa hari sebelumnya mementaskan "Calon Arang"(jauh lebih bagus maennya temen2 SMU,he he), Nah...Pentas di LKiS bukan hanya mementaskan sesuatu yang ga jelas lebih dari itu mereka liar memaparkan adegan -adegan vulgar dan erotis, sebuah catatan selain pada saat evaluasi saya mengatakan bahwa sang Sutradara adalah orang yang benar-benar miskin Imaji, dia pun wajib bertanggungjawab pada penonton anak-anak (Si Bolang Sorowajan), huuh tak habir pikir apa yang mereka terjemahkan dari visual 'kotor' yang mereka tonton.

Ditengah perkembangan teater kampus di Jogja, yang mulai semakin sepi dari proses Teater yang benar-benar matang dan berkesan setelah ditonton, ternyata berkembang pula model teater 'Kelamin' Utan Kayu, entah siapa yang membawa, namun Jogja yang sering kali menjadi alternatif bentuk teater pun mulai akrab dengan bentuk2 teater 'kelamin', perkembangan yang terjadi di dunia teater Kampus di Jogja adalah Proses serba instan dalam produksi Teater, yahh meskipun pada taraf nasional Jogja masih dibicarakan (terlebih setelah Teater Eska meraih juara 3 pada Festamasio 2009), namun tak banyak lagi kelompok teater Kampus yang berproses sungguh-sungguh untuk melakukan penciptaan estetik dalam ber-Teater. Teater besar senama TGM pun menyajikan pementasan yang samasekali tak Menarik pada studi pentas mereka....

Ada apa dengan Teater Kampus di Jogja?
Apakah Hanya Kelamin Yang mampu mereka mainkan..?? Read More..

Senin, 23 Februari 2009

dan inilah penghuni baru Bahtera Nuun

Senin, 23 Februari 2009 0
Dua bulan setelah Desember tahun lalu, para peserta kemah seni Sanggar Nuun, menjalani sekian rangkaian adaptasi dan berkenalan dengan kehidupan di Sanggar Nuun, maka ledakan itu ialah "Studi Pentas", namun proses kali ini jauh berbeda dengan angkatan Workshop 2008 ku, yang entah sekarang pada kemana orang-orang nya _he he_, angkatan kemah seni 2008 kali ini lebih merasakan sebuah proses yang berpeluh-peluh ria, selaian berhadapan dengan ruang2 berkesenian di kampus yang terbatas, bergesekan dengan warga sapen (berhadapan dengan beberapa tindakan pelemparan botol pada sesi2 latihan), hingga kerja keras mencipta panggung, di tengah bangunan yang belum jadi dan mengatur separo jadual latihan untuk membersihkan tumpukan batu serta cor-coran, yah hal ini jauh melampaui proses studi pentas angkatanku, belum lagi sekian gesekan antar pemain.... hufff..,

maka studi pentas yang terbingkai 'Sandiwara Sumpah & Tipu Daya' pun menjadi pengalaman pertama bagi sekitar 20 peserta kemah seni yang masih bertahan dan ikut dalam proses Studi Pentas kali ini, berakting didepan sekitar 230 orang pada pementasan naskah "Sampah Waktu Sumpah Batu" dan sekitar 180 orang pada pementasan "Bul Diapusi", menjadikan cermin bagi para pemain dalam studi pentas kali ini akan sekian hari-hari lelah yang mereka lalui...

dan inilah para penghuni baru Bahtera Nuun.........
Selamat Berposes...

_horeee lamuk dapet temen..!!_ Read More..

Selasa, 03 Februari 2009

Etalase Wajah Tak di Kena-L

Selasa, 03 Februari 2009 0
Kini tiap malam Wajah Baru dipasang
disekitar perempatan, tepi jalan atau pohon sekenanya

ssst... Kita copot saja wajah yang ini
yaaa.... terlalu lama ia kena panas hujan
nahh.. kalo yang itu..tu .. ga masalah, diakan calon pusat

Gojrenk...Gojrenk...Gojrenk...
SingKirkan Wajah-wajah Liar
ini Wilayah Wajah yang ga Bayar..

malam menertibkan wajah liar,
Siang wajah laku dijual di pasar ?
layaknya mereka meloak-kan diri...

di jalan.. Read More..

Rabu, 14 Januari 2009

Monyet Naik Daun, Cari Diksi Lain Donk...!

Rabu, 14 Januari 2009 0

Dasar MONYET lu...!!
MONYET-MONYET..!! udah jam segini belum pada dateng..!!
Emang lu kayak MONYET,
Dasar keturunan MONYET...!


Yah begitulah semalama ini MONYET, nama hewan mamalia dari jenis primata itu dijadikan manusia sebagai kata makian, ejekan atau bahkan hinaan, bersandingan dengan deretan kawannya yang lain, ANJING, BABI, JANGKRIK, KERBAU, KAMBING, TIKUS, ANGSA (he3) dll. mMmm entah sejak kapan dan siapa yang memulainya, kata-kata makian yang melibatkan kaum binatang, senantiasa keluar tanpa beban. Pertama melihat kecenderungan makian atau sejenis cercaan yang menggunakan nama2 binatang, saya hanya menyadari itu hanya sebuah penyimbolan, semacam pemberian gelar, ambil kata makian "ANJ***NG", diungkapkan seseorang dengan imaji "Kau seperti Anjing", begitupun "MONYET lu","BABI lu" dan ungkapan sejenisnya. pemberian gelar semacam itu rasanya lebih pada kata-kata yang digelarkan, dalam hal ini beberapa ungkapan makian yang menggunakan nama binatang bermaksud kurang lebih seperti itu dan beruntung mereka para Binatang yang namanya dijadikan ungkapan MAkian tak Marah sedikitpun atau bahkan menuntut royalty.
Melihat fenomena ini saya mencoba mempertemukan dengan model-model kata makian yang bersifat localgeneus, saya dilahirkan di Jombang dan Akrab dengan kata-kata semacam "DANCUK","DIAMPUT" serta "GATEL", saya melihat kata-kata ini lebih bersifat netral tidak menyinggung para Binatang, lebih dalam lagi ungkapan ini hadir hanya sebagai kata-kata semata, "DANCUK" ya dancuk saja, tak memiliki arti, tidak menyama-nyamakan atau menyimboli lawan bicara dengan apapun. hal yang lebih menarik ternyata kata-kata yang dalam bahasa daerah saya disebut "PISUHAN" itu sangat fleksibel dalam penggunaannya, tidak serta merta menjadi ungkapan makian kala marah saja, namun mampu berkembang menjadi sebentuk unkapan rasa kangen kala bertemu teman lama, "Dancoooook...Piye Cok Kabarmu..??", secara mendasar yang namanya Pisuhan itu tergantung pada emosi kala mengungkapkannya, dengan emosi marah, emosi gembira, rindu berat atau emosi yang datar.
Nahh... setelah memperbandingkan dua jenis kata makian diatas, rasanya kita butuh sejumlah kreatifitas mencipta sebuah ungkapan, meninjau lebih jauh apakah itu masuk akal, menyinggung atau bahkan rasis. saya dan kawan2 KLUB SENI MISUH resah bahwa dewasa ini MAKIAN/MISUH merembet ke wilayah2 rasis, dengan menyebut nama suku misalnya.
padahal untuk menggunakan nama hewan saja kita tampaknya harus malu karna beberapa telah Monyet pun naik daun menjadi bintang iklan layanan seluler.

ahhh... Dancuklah daku.... ini


Read More..

Senin, 12 Januari 2009

Menjadi Simbol-Simbol Yahudi

Senin, 12 Januari 2009 0
Menjadi Simbol-Simbol Yahudi


Inilah manusia
upaya berkuasa
menjadi raja

inilah hati
kekuasaan itu mati
menjadi cemeti

inilah rasa
kebencian atas cinta
kitapun menjadi yahudi Read More..

Sandiwara Sumpah dan Tipu Daya


Dua Bulan lebih pasca Kemah Seni Sanggar Nuun 2008, para calon penghuni bahtera Sanggar Nuun di tempa berbagai latihan, dari olah vocal, olah tubuh, karakter, musik dan beragam latihan lain ala Sanggar, proses latihan panjang ini akan bermuara pada pementasan dua Naskah teater, Naskah pertama berjudul “Bul Diapusi” yang ditulis oleh Theo Sunu Widodo dan disutradarai Mukhosis Nur. Dalam naskah ini menceritakan bagaimana pentingnya menanggapi “nguri-uri kabudayan” yang beberapa waktu ini sering menjadi selogan masyarakat. Namun demikian para pemain dunia “rahasia” berbondong-bondong memanfaatkanya untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena pelestari budaya (tradisi) cenderung masyarakat yang udik, lugu dan mudah dimanfaatkan. Langen mandra wanara adalah salah satu kelompok yang dijadikan lahan oleh si Tan Kie Boel, namun di balik peristiwa “Bul Diapusi” ada satu rencana yang telah digariskan. (?)
Kemudian naskah kedua berjudul “Sampah Waktu Sumpah Batu” menceritakan raja yang senang berpetualang, suatu kali menyamar sebagai rakyat jelata, menilik sejauh mana rakyatnya menikmati pemerintahanya. Dia lantas menyadari, pemerintahanya berlangsung timpang dan kejam. Dia ingin memperbaiki keadaan itu dengan mengorbankan dirinya, bersekongkol dengan kawanan perampok, ikut menciptakan kejahatan dimana-mana, agar rakyatnya bangkit melawan dirinya. Sampai akhirnya ada intrik di tubuh istana yang digerakan senopati, yang menbuat segala rencananya terpaksa harus diganti. Naskah tersebut di tulis oleh muhammad tri muda’i. disutradarai oleh Abda Rifqi Rizzal.

So sepertinya mulai tampak siapa yang mampu bertahan dan siapa yang tersingkirkan, siplah tinggal nunggu tanggal 7 Februari 2009 nanti,
Pastinya ni proses aku yang kebetulan pas jadi Ketua Panitia Kemah Seni so Aku pun yang Hendle Produksinya, tapi Banyak orang hebat lainnya di Sanggar dan itu yang membuatku Yakin untuk belajar jadi hebat. Read More..

Selasa, 06 Januari 2009

Memory: Kartolo was a comedian ludruk legendary from Surabaya

Selasa, 06 Januari 2009 0

Selama kurun 80-an hingga pertengahan 90-an ada hiburan yang selalu dinanti dari radio ke radio, mulai anak2, ABG, bapak2, Ibu2, bagitu akrab dengan masyarakat Jawa Timur saat itu, yahh Ludruk Cak Kartolo cs . Dengan 4 sekawan (Sapari, Munawar, Basman dan Ning Kastini), merajai dunia dagelan Jawa Timuran (Suroboyoan). teringat masa2 SD, melihat bapak asyik mendengarkan dagelan Kartolo, beberapa file mp3 aku download dari pakdenono.com.
yeah humor2 renyah, cerdas dan lugas membicarakan realitas dalam setiap lakon, sekian cerita yang dibawakan begitu menampakkan local genius, khas suroboyoan, ceplas-ceplos dan terkadang melantur dengan imajinasi liar.

Cerita dimulai dengan Jula-juli, dengan parikan pos yang menggelitik seperti :

Teju mare teplek
Lombok abang kari ngulek
Mulo nek masak sing iso sedep
Mulo mangan e cik telap-telep,

Jangan terong di gawe janganan
Iwak tempe di campur tahu
Mulo nek uwong nek doyan mangan
Mulo awak e cik cepet lemu

Iwak bandeng mangan iwak ucenk,
Iwak hiu nek mangan tumpeng
Mulo kenditono sampek metenteng
nek wong lemu lak pancen ayu,

yu yu yu mbak ayu dadi prawan ojo nguya-ngguyu,
dasar e anteng rupane ayu
dituturi wong tuo ayo podo di gugu,
seje maneh mbarek sing bengesan
senegane kluyuran,
saben dino terus begadang
tapi ga iso mbumboni jangan...

namung semanten syairan kulo
sae lan mboten purun kareso
ditinggal awa-awe
molo dagelan iki kancane dewe... (lakon:Penghijauan).

dagelan yang cerdas, fresh serta tema-tema yang dekat dengan rakyat kecil membuat membuat, Ludruk Cak Kartolo Cs lekat tak terpisahkan dari bagian Masyarakat Jawa Timur, selain sejarah ludruk yang kental dengan bentuk2 perlawanannya, Cak Kartolo Cs pun Mengemas sekian kririk-kritik sosial lewat parikan dan lakon2, hal yang bikin kita betah dengerin dagelan Cak Kartolo ialah alur-alur cerita yang uning, terkadang mbulet namun senantiasa selesai dengan Coro Ludruk (saya membahasakan uraian hal2 rumit dengan cara tengah yang sederhana),.
mengingat Cak Kartolo, Adalah membaca legenda dan kesuksesan luarbiasa seni tradisi (Ludruk)pada masa itu. yho ngerungokno dagelan Cak Kartolo ae timbang pusing mikir krisis BBM. (download e di http://pakdenono.com/mp3_comedian_kartolo.htm#001 ) Read More..

Sandal

urip sepisan kui nunjuk no kejujuran ne


Gerobak reot itu ditepikan disisi rumah kardus Karman, seharian itu dia telah kembali pulang, setelah menyisir alun-alun kidul dan sepanjang gang-gang Malioboro hingga jalan solo, mengais apapun barang yang dibuang banyak orang di tempat sampah untuk dikumpulkan, dipisah dan dijual pada pengepul, geliat hangat matari sore itu masih mengantarkannya pada kesibukan memisah botol-botol plastik dan kardus, “sekian banyak sandal yang bapak kumpulkan?” sambil mengantar segelas air, supri anak karman satu-satunya tetap tak digubris,”kenapa tak kau pilih yang terbaik untuk kau pakai sendiri?”, “biarpun kanan-kirinya tak sama, biarlah kaki bapak terlindung sandal itu”, begitu datar karman berkata“ini...kupilih beberapa pasang berikan lik Giat dan bu dhe Narti ”,”aku lelaki yang terbiasa dengan basah dan panasnya tanah jalanan”, kemudian supri menggumam dan pergi ke rumah lik Giat dan bu dhe Narti "Sandal akan lindungi Kakimu yang mengering pecah itu..!!" begitulah dialog terakhir sore itu beriringan dengan riuh bocah kali code mengakhiri dolanan mereka.

****

Sepagi itu kumpulan burung gereja dibubarkan Amarah karman, dua-tiga tamparan punggung sandal supri terima tepat di kepala, semakin memerah saja mata karman menghajar, dan memerah pula mata supri menahan tangis yang entah mengapa tak mau meneteskan air mata, " DARI MANA SANDA INI..????" "KATAKAN..!!", "dad...dad..dad..dari Masjid Pak", "KAU MENCURI", "Iya HaH KAU MENCURI","KATAKAN KAU MENCURI??", tak terkendali Karman terus melayangkan pukulan dari punggung sandal, yang gemetar dia genggam erat, namun sebentar terhenti karna teriakan supri "Tat..Tapi ini buat BAPAK KERJA..", Karman menghela serasa kehabisan nafas "KERJAAAA...!! hAH", "Apa KERJA KAU BILANG..!!!" serasa mendapatkan kembali tenaganya, sebuah pukulan sangat keras diterima bahu kanan Supri,"Heiiiii...ANAK KARMAN TIDAK MENCURI", semakin dirasa kesakitan batin dan tubuh supri, ia pun menghindar dan berlari pergi meninggalkan Karman yang memerah tersengal-sengal, "PERGI KAU....JANGAN KEMBALI..Annak karman tidak mencuri, tidak mencuri" tubuhnya lemas bersamaan dengan menghilangnya bayangan Supri.

****

pergulatan Supri adalah pergulatan mimpi dan kerak tebal di jiwa karman, mimpi menghadirkan keyamanan bagi kaki kering Karman dan keteguahan yang mengerak tebal pada diri karman, selama matahari bergerak supri tak sadar telah begitu jauh menyusuri jalanan, merasakan sapaan panas aspal, dan masih dalam kurungan bayang-bayang sang Bapak, pikiran-pikiran tentang kejadian tadi Pagi dikelolanya dalam otak, sepanjang jalan beberapa kali ia menjumpai sandal tang terbuang di jalan, tak berpasang, utuh, putus ataupun rusak taktampak bentuk. langkahnya tak terhentikan, melewati beberapa toko sandal, memandang sejenak tak memberikan kesan sedikit pun dalam pikirannya, karna yang ada hanyalah gaung suara Karman "ANAK KARMAN TIDAK MENCURI..!!", beberapa langkah ia memutuskan duduk di pelataran sebuah Mal di Jalan Solo, terdengar lirih obrolan sepasang remaja yang duduk sedikit jauh di sampingnya, sebuah obrolan yang terdengar menyebut satu kata "SANDAL", sekuat mungkin Supri mengupayakan pendengarannya, menyimak obrolan sepasang kekasih itu, sebait obrolah tentang hadiah tahun baru, sebuah Sandal koleksi butik Sandal Yongki Komaladi, sebuah hitungan rupiah yang terlalu muluk-muluk untuk sebuah sandal itu, menambah bahan pikir baru bagi Supri dan memutuskan kembali berjalan merenungi tiga buah kata, SANDAL,MENCURI dan KEHIDUPAN. pemandangan lalu lalang manusia dijalan mengembalikan kesadarannya akan peran SANDAL menemani gerak manusia, dan mimpi itu adalah upayanya tadi pagi, hadiah Sandal pada Karman yang justru memicu merah wajah Karman Marah penuh emosi, sebuah sikap teguh mengupayakan sesuatu pada jalannya, apapun kondisinya. lagi-lagi bentakan itu meneror telinga Supri "Anak KARMAN TIDAK MENCURI...!!!".

****

SANDAL di sandang ndang Bhudal, begitulah bocah itu mencoba menerjemahkan, mereka tak kan Bhudal tanpa SANDAL, "ahhh aku pun akan berangkat mendapatkannya", "Pak e, Karman kita akan bhudal, dan bukan dengan upayaku mencuri tadi pagi...", "Aku akan mendapatkannya tanpa MENCURI","sebelum aku berhenti melangkah", supri berjalan menyusuri kampung Catur Tunggal, beragam pertemuan dan dialong singkat di jalan ia lalui, hingga penggambaran kembali ceritanya pagi tadi pada seorang kakek tua di sebuah teras rumah, sebuah penceritaan ulang yang membuat kakek itu menitipkan pesan bagi Karman berupa Sandal lily tipis yang tampak masih menyisakan kekuatan. begitu riang Supri mengakhiri pertikaian yang bergeriak di otaknya, membawa sebuah SANDAL berbungkus slam seorang kakek untuk KARMAN, dikejarnya matari senja, berlari bahagia, melewati pematang Sawah, jalan tikus menuju bedeng kardus rumah karman, membawa sebuah MIMPI, yang ingin dihadirkannya pada Karman...."BAPAAAAAAK AKU BUKAN PENCURIIIIII"

****

Deru tangis, rasakan begitu dalam menahan isak, terputus-putus dan tak terbendung jua air mata itu..., tangisan mimpi yang pecah di ujung senja pamatang sawah makam Kenangan, Supri menyadari upayanya menghadirkan mimpi, tak tergapai, upaya hanya sekedar upaya, mimpi takbisa jadi acuan, keinginan yang selalu membayangi hanyalah teror, dan ia menunduk lesu tanpa SANDAL di Tangan setelah beberap menit yang lalu ia dikeroyok sekelompok pemuda mabuk, di sudut makam, kejadian itu menjadi buntut teriakan riang Supri berlari melewati sekelompok pemuda sambil mengangkat tinggi-tinggi Sandal pemberian seorang kakek,"WOOOII PAAAK INI SANDAL UNTUKMU", teriakan itu mengumpulkan arah pandang para pemuda pada Supri, seakan ditantang mereka pun menghajar Supri dan merampas Sandal di tangannya.......lantas menderu-deru tangis itu dan matari pun tenggelam, menenggelamkan upaya Supri menghadirkan sebuah Mimpi. Read More..

Kembali Ke Kampus, Menelan Segalanya

Huhh... lama Ga online, jadi pingin coret2..., Weiii Dah Januari 2009 Tho.?? sibuk ngopi wae cah2..!!Waktunya nilik i kampus setelah Sekian lama dikalahkan oleh kejenuhan saat berada di bangku-bangku kampus, 2009 ini aku pun harus melawan segalanya, kondisi meninggalkan bangku kampus ternyata menciptakan rasa tidak nyaman bagi orang-orang tercinta di sekitar ku, bagaimanapun mereka tetap menempatkan status akdemik sebagai sebuah tanggung jawab pokok ku, harus segera terselesaikan dan beralih pada tanggungjawab yang lain, pikir punya pikir aku pun yakin bisa mengakali sekian proses formal akademik tersebut, diluar polah sing njero diakali ae?? kalo yang mereka inginkan sekedar absensi 75%.
Berhadapan dengan sebuah jurusan baru (Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga), aku pun berhadapan dengan pola pengembangan, kurikulum, dosen dan sistem yang tidak jelas pula, hal yang membikin bosan berada di kampus adalah karakter dosen yang tampak secara nilai hanya bekerja menyelesaikan tugas dan menerima gaji di awal bulan, kebuntuan proses belajar mengajar, hal itu pun dikuatkan oleh karakter teman-teman mahasiswa yang acuh akan sekian kondisi dan lebih memilih menjalani sekian rutinitas akademik yang menjemukan itu secara datar, mengalir dan apa adanya, atau memilih beraktifitas dalam kelompok-kelompok pergerakan yang mulai disibukkan merebut dan berebut kekuasaan di kampus hingga memegang kendali dana kegiatan mahasiswa untuk kelompok mereka.
Hal yang semakin membuat ku tak habis pikir adalah upaya pengelola prodi, memanipulasi kondisi jurusan, lewat laporan palsu mereka tentang komposisi dosen prodi, fasilitas dan kebohongan-kebohongan lainnya pada proses mendapatkan akreditasi Ilmu Komunikasi. Upaya kebohongan pun menuai hasil “akreditasi B”, sebuah status yang cukup membanggakan untuk sebuah program studi baru dan status ini pun ramai digembar-gemborkan pengelola prodi, Anj*****ng, sebuah kebohongan yang dibangga-banggakan, inikah yang dicari ?? Sebuah pencitraan? Pencapaian?
Jalan satu-satunya aku harus menelan sekian kondisi busuk di Program studi Ilmu Komunikasi untuk membuat mereka yang kucintai tersenyum.
Spirit ludruk menemaniku, yaa seperti sekian cerita dan lakon dalam Ludruk, menyelesaikan beragam konflik dengan trik-trik cerdas dagelan mereka, aku pun menganggap Bangku akademik sebagai sebuah dagelan,yang harus diakali.
Wis Gampang…..iso diatur Cak….!!! Ayo dibudali CAK..!! Read More..
 
Design by Pocket